Iklan

header ads

Memahami Tradisi Kenduri Gumbregan, di Gunungkidul

Rep, Supadiyono/Redaksi


Gunungkidul, --- Gumbregan adalah tradisi selamatan masyarakat Jawa, khususnya di Gunungkidul, sebagai bentuk rasa syukur atas hewan ternak mereka. Tradisi ini juga bisa dilakukan untuk peralatan pertanian dan pusaka leluhur. (Dari berbagai sumber) 

Acara ini melibatkan kenduri, doa bersama, dan memberikan sebagian makanan dari hasil bumi kepada hewan ternak. 

Tujuan dan makna Rasa syukur: Gelar tradisi ini, merupakan ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas rezeki berupa hewan ternak. Selain itu, bentuk terimakasih atas ternak yang telah membantu mengerjakan lahan pertanian selama satu dekade. Pada zaman belum modern, hewan ternak seperti sapi kerbau digunakan untuk membantu mengelola lahan pertanian, yaitu membajak. 

Perhatian terhadap hewan: Menunjukkan rasa peduli dan sayang kepada hewan ternak yang sering kali menjadi mitra kerja bagi petani.
 
Harapan: Pemilik berharap agar hewan ternak mereka senantiasa sehat, berkembang biak dengan baik, dan pemiliknya mendapat rezeki yang melimpah. 
Pelaksanaan tradisi
Waktu pelaksanaan: Tradisi ini biasanya dilaksanakan setiap delapan bulan sekali, yaitu pada saat Wuku Gumbreg dalam penanggalan Jawa, sering kali jatuh pada hari Kamis Legi.

 
Prosesi:
Persiapan makanan: Menyiapkan sesaji yang terdiri dari makanan khas seperti ketupat, jadah (ketan), pulo (jagung goreng), dan gudangan (sayuran). 
Memberi makan ternak: Pemilik memberikan sebagian makanan ini kepada hewan ternak mereka secara langsung sebagai bentuk rasa terima kasih.

Kenduri dan doa: Warga berkumpul di suatu tempat (sering kali balai padukuhan) untuk menggelar kenduri dan berdoa bersama yang dipimpin oleh sesepuh.

Berbagi: Makanan dari kenduri dibagikan kepada warga yang hadir, dan sebagian dibawa pulang untuk dimakan bersama keluarga. 

Simbolisme:
Tumpeng dan gudangan: Tumpeng melambangkan gunung (keimanan) dan gudangan melambangkan rerumputan hijau (kemakmuran). 

Ketupat: Diberikan dan dioleskan ke kepala hewan untuk simbol keselamatan dan kasih sayang.
 
Jadah ketan: Dibuat untuk mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan.

________________________________
Repost Sumber: Narasi Pemkab Gunungkidul