Yogyakarta, -- Arus zaman memperlihatkan, bahwa keamanan di era modern, tidak lagi cukup disandarkan pada perangkat teknologi atau aturan yang kering. Karena itu, diperlukan gerakan menuju paradigma baru, “people-centered security”, di mana menempatkan masyarakat sebagai subjek dan mitra strategis dalam upaya menjaga keamanan.
Hal ini terungkap dalam amanah Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X saat menjadi Pimpinan Apel Jaga Warga di Mapolda DIY pada Jumat (21/11). Pada acara bertajuk “Srawung Agung Kelompok Jaga Warga Untuk Jogja Damai” ini, Sri Sultan mengatakan, kompleksitas ancaman masa kini semakin berlapis; dan celah manusia, betapapun kecilnya, dapat menjadi pintu bagi gangguan yang besar.
“Kita harus bergerak, menuju paradigma baru: “people-centered security”. Suatu pendekatan, yang menempatkan masyarakat sebagai subjek dan mitra strategis melalui empati, komunikasi dua arah, dan tanggung jawab bersama. Ketika keamanan dijalin bersama warga, maka yang tumbuh bukan sekadar keteraturan, tetapi resiliensi sosial; bukan hanya kepatuhan, tetapi solidaritas,” papar Sri Sultan.
Sri Sultan menuturkan, dalam hal ini, Jaga Warga menemukan peran strategisnya. Jaga Warga mampu menjadi jembatan budaya, agar proses penegakan keamanan tidak serta-merta bertumpu pada tindakan represif, tetapi selalu dimulai dari kohesi, dialog, dan kebijaksanaan.
“Inilah konsep keamanan semesta, yang terwujud dari proses tanggap, tangguh, tuntas. Karena pada akhirnya, keamanan sejati, bukan pertama-tama perkara teknis; ia adalah suasana batin. Ia hadir ketika warga dihormati, didengarkan, dan dilibatkan,” imbuh Sri Sultan.
Usai apel, Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, hari ini kegiatan Apel Srawung Agung bersama dengan kelompok Jaga Warga merupakan simbolisasi dari bersatunya masyarakat dengan Polri. Menurutnya, keterlibatan masyarakat dalam hal pranata sosial dan keteraturan sosial merupakan warisan dari kebudayaan, dari kearifan lokal masyarakat yang sudah ada dari dulu.
___________________________



