Rep, Su0adiyono/ Sumber, Kominfo DIY
Yogyakarta, --- Badan Siber dan Sandi Negara mencatat sejak Januari hingga Juli 2025 ada 3,64 miliar serangan siber atau anomali trafik di Indonesia. Angka itu menunjukkan betapa rapuhnya ruang digital kita sekaligus menjadi alarm keras bahwa serangan di dunia maya bukan lagi hal sepele.
Kesadaran akan bahaya itu kini dibahas terbuka melalui Uji Publik Rancangan Undang-Undang tentang Keamanan dan Ketahanan Siber (RUU KKS). Suasana pertemuan berlangsung dinamis. Berbagai kalangan hadir, mulai dari akademisi, praktisi, mahasiswa, pegiat komunitas digital, hingga perwakilan masyarakat umum. Mereka menyimak pemaparan, lalu bergantian menyampaikan pertanyaan, kritik, maupun saran. Diskusi yang muncul tidak hanya soal ancaman teknis, tetapi juga menyentuh sisi sosial dan etika penggunaan ruang digital. Ada yang menekankan perlunya perlindungan data pribadi, ada pula yang mengingatkan agar regulasi tidak mengekang kebebasan berekspresi. Semua masukan itu penting agar naskah RUU ini lebih utuh sebelum dibawa ke tahap berikutnya.
RUU ini mendorong langkah pencegahan sejak dini agar negara tidak selalu gagap setelah terjadi serangan. Tujuannya jelas, melindungi kepentingan nasional dari ancaman yang datang tanpa peringatan, menjaga infrastruktur vital tetap aman, sekaligus memberi ruang bagi inovasi teknologi dan ekonomi digital tumbuh dengan rasa aman. Indonesia juga dituntut untuk tidak berdiri sendiri. Kerja sama internasional dalam menjaga ruang siber menjadi kunci agar ancaman lintas batas bisa dihadapi bersama.
Kini uji publik menjadi ruang bagi masyarakat untuk ikut menimbang dan memberi masukan. RUU ini bukan hanya milik pemerintah, melainkan kebutuhan semua pihak agar ruang digital bisa dimanfaatkan secara aman dan bertanggung jawab. Tanpa aturan yang jelas, kita hanya menunggu waktu sampai serangan berikutnya menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Sudah saatnya kita memberi perhatian serius pada RUU Keamanan dan Ketahanan Siber. Dukungan publik akan menentukan seberapa kuat benteng digital bangsa ini berdiri. Karena di tengah dunia yang serba terhubung, serangan tak kasat mata bisa datang kapan saja. Pertanyaannya, siapkah kita menghadapinya?
_____________________